Rupiah memang menganut floating rate currency, yang nilai tukarnya ditentukan oleh demand dan suplai. Semakin banyak yang membutuhkan rupiah, maka semakin menguat rupiah tersebut. Namun semakin banyak yang menjual rupiah, maka akan semakin melemah rupiah ini.
Akibatnya nilai tukar rupiah ini tidak akan tetap, dan selalu bergerak naik turun sesuai dengan kondisi rupiah. Ini mengambarkan kondisi perekonomian rupiah, meskipun dalam banyak hal lebih spekulatif daripada sebuah kondisi yang riil. Hal ini karena kapitalisasi pasar rupiah memang tidak besar, sangat mudah dipermainkan oleh pemodal besar yang bisa dengan mudah “menyetir” sebuah demand dan suplai.
Sebenarnya floating currency ini ada baiknya karena bisa menarik minat investor asing, karena memang rupiah sangat minim modal untuk investasi. Istilahnya lebih murah mendapatkan dana yang masuk dengan sendirinya daripada mencari dana di luar negeri. Namun juga ada buruknya bila dana asing atau hot money ini hanya singgah untuk sementara saja, akibatnya akan terjadi fluktuasi yang bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi rupiah.
Biasanya otoritas keuangan berusaha menekan terjadinya fluktuasi ini dengan masuk ke pasar. Namun lebih sering kalah kuat dengan para aksi spekulasi yang berkembang. Meskipun pada akhirnya ini membuat banyak yang tertarik bermain di valas, karena bisa mengambil keuntungan dengan cepat dan dalam jumlah besar.
Namun tidak sedikit yang bangkrut juga akibat dari keliru dalam memprediksi kondisi rupiah. Memang lebih sering rupiah berfluktuasi tak tentu arah, bahkan sering di luar prediksi dari sentiment yang bergerak. Akibatnya nilai rupiah sering tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi perekonomian.
Kadang fundamental ekonomi cukup bagus, namun rupiah cenderung melemah. Namun di saat lain di kala fundamental tidak ada yang bagus, rupiah malah menguat. Memang hal ini lebih pada aksi spekulatif yang cukup tinggi pada rupiah, meskipun pada akhirnya rupiah memang tidak terlalu menarik.
Rupiah memang memiliki fundamental yang lemah, interest ratenya tinggi sehingga sangat tinggi biaya ekonominya. Maka wajar bila banyak investor yang tidak suka bermain secara riil dan lebih memilih ke akses pasar keuangan yang lebih menguntungkan dan bisa bergerak dengan cepat. Ini juga yang membuat kondisi pasar modal menjadi stagnan dan tidak berkembang.
Hal ini karena fundamental ekonominya memang stagnan juga, jadi andai bergerak naik maka dalam kondisi yang semu. Memang lebih sering kondisi spekulatif inilah yang disukai pemain asing. Mereka bisa dengan mudah membuat rumor atau sentiment untuk menggoreng sebuah harga saham.
Disini sebenarnya sudah bisa ditebak saat hot money masuk, maka rupiah akan berfluktuasi cukup tajam. Karena dananya memang tidak menetap cukup lama, bisa dengan cepat keluar dan membuat rupiah melemah dengan tajam. Kondisinya memang sangat mengganggu sekali dan mempengaruhi berbagai aspek perekonomian.