Bila di lihat angka inflasi yang meroket pada beberapa bulan ini, memang disebabkan beberapa komponen penting bahan makanan yang naik tajam. Hal ini bisa dimaklumi, karena iklim yang tidak pasti bikin panen komoditas pertanian menjadi menurun. Akibatnya kurangnya pasokan, distribusi yang kurang lancar membuat bahan makanan menjadi naik tak karuan.
Dalam banyak hal memang terjadi hal yang ambivalen, disatu sisi ingin mengenjot produksi pertanian, namun disisi lain harga komponen produksi seperti pupuk juga tidak murah. Memang serba salah buat petani, maka harga yang diberikan sering lebih mahal dari bahan makanan yang diimpor. Sehingga lumrah skandal impor beras kembali terjadi, padahal menurut bulog sudah net produksi beras.
Memang manajemen stok pangan tidak begitu update datanya, sehingga sering terjadi impor bahan pangan di saat panen. Sudah tentu ini sudah menjadi efek psikologis bagi petani dalam menarget harga komoditas yang mereka jual. Membanjirnya bahan makanan impor ini setidaknya memang membuat harga bahan makanan menjadi mahal, meskipun dengan harga impor yang lebih murah.
Ini bisa terjadi karena biaya transportasi yang lebih mahal, juga infrastruktur jalan yang kurang memadai. Sebenarnya justru lebih murah komoditas pertanian dalam negeri, dengan biaya transportasi yag lebih murah. Meskipun sebenarnya kenaikan harga bahan pangan ini dilakukan oleh para pengepul dan tengkulak.
Ini juga bukan masalah Indonesia semata, hal yang sama juga dialami Thailand yang notabene lebih efektif dalam pengelolaan produksi bahan pangan. Beberapa hal administrasi, birokrasi korup membuat penetapan harga menjadi tidak efisien. Begitu murah di pihak petani, tapi menjadi mahal saat di tangan konsumen. Memang sangat mengesalkan, begitu sulitnya mengendalikan harga, padahal dengan asumsi stok bahan pangan sudah surplus.
Kendala inilah yang seperti benang ruwet dan tidak pernah bisa diperbaiki oleh pemerintah. Bila harga bahan pangan mahal dan mempengaruhi inflasi tahunan, ini sudah bisa ditebak. Buruknya infrastruktur dalam mendukung distribusi pangan, juga pengelolaan stok pangan yang kurang update, memang membuat bahan pangan menjadi komponen inflasi yang utama.
Namun sebenarnya gejolak harga ini bisa dimonitor setiap tahunnya, sehingga bisa dikendalikan kenaikannya. Naik sedikit mungkin lumrah mengikuti permintaan dan momen yang sedang terjadi, namun kenaikan yang tidak terkendali bisa membuat harga pangan menjadi mahal dan berhubungan juga dengan angka kemiskinan yang tak kunjung menurun. Memang ada pertumbuhan ekonomi, tapi kenapa tidak pernah dinikmati oleh kalangan bawah.
Sepertinya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati segelintir orang kaya, artinya buat apa pengelolaan pajak yang begitu besar, bila hanya menguntungkan beberapa kalangan saja. Bukannya mayoritas kalangan bawah yang harusnya menjadi pihak yang diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi. Sungguh menyedihkan bila orang kaya bertambah banyak tapi orang miskin juga bertambah banyak, artinya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tidak berpihak kepada kalangan bawah.