Begitu larangan ekspor bahan mineral diberlakukan, nilai tukar rupiah menguat cukup tinggi dibandingkan mata uang lainnya. Memang langkah ini tepat, meskipun sudah cukup terlambat. Program industrialisasi di sektor tambang ini memang seakan terlupakan, padahal menjadi bagian penting bagi perekonomian.
Indonesia merupakan salah satu penghasil terbesar bahan mineral di dunia. Dampaknya memang terasa saat larangan ini mulai berjalan. Tekanan yang besar membuat beberapa harga bahan mineral ini menguat tajam. Memang banyak Negara yang diuntungkan dengan larangan ekspor bahan mineral ini.
Sudah menjadi perhatian serius, beberapa industri pertahanan dunia mengandalkan bahan mineral sebagai komponen produksi alat militer. Ambil contoh beberapa mineral langka ini banyak digunakan industri militer di Amerika. Saat pengumuman ini dibelakukan, beberapa saham sektor pertahanan ini tertekan cukup tajam.
Memang imbasnya membuat rupiah menguat, ini bisa dipahami begitu penting bahan mineral ini bagi dunia industri. Maka kebijakan yang diambil ini sudah tepat, padahal ini harusnya diberlakukan sejak lama. Dulu dalam istilah Repelita atau rencana pembangunan lima tahunan, ada skema perubahan industrialisasi yang direncanakan oleh Negara.
Intinya perubahan dari penghasil bahan mentah, trus bertransformasi menjadi penghasil bahan jadi. Memang rencana ini tidak berjalan dengan baik, akibatnya sudah puluhan milyar kubik bahan mineral ini dijual tanpa nilai tambah. Memang dengan larangan ekspor bahan mentah ini akan membuat tumbuh industri pengolahan bahan mineral. Sektor inilah yang pastinya akan tumbuh.
Memang efek larangan ekspor bahan mineral ini akan menguatkan fundamental rupiah. Betapa tidak, akan muncul banyak investasi di sektor tambang untuk mengolah mineral menjadi bahan jadi. Ambil contoh saja bila bisa membangun industri spare part untuk komponen militer, pasti nilainya sangat tinggi.
Selama ini beberapa industri pertahanan Amerika mengandalkan import bahan mineral ini dari berbagai Negara, salah satunya adalah Indonesia. Bila dilihat omset industri ini lebih dari trillion dollar, otomatis kurangnya persediaan bahan mineral dari Indonesia membuat beberapa saham industri pertahanan menjadi tertekan.
Namun ini cukup menguntungkan banyak industri pertambangan, karena harga bahan mineral menjadi naik, salah satunya beberapa industri pertambangan di Indonesia mulai diserbu para investor. Memang ini otomatis menguatkan rupiah, sebenarnya ini adalah kesempatan bagi otoritas pengambil kebijakan ekonomi untuk mengenjot industri manufaktur. Harus disediakan insentif untuk membangun industri pengolahan bahan mineral ini agar tumbuh dengan cepat.
Larangan ekspor bahan mineral ini memang akan sedikit menekan neraca perdagangan, dengan turunnya ekspor dari sektor pertambangan. Namun membuka pertumbuhan industri manufaktur untuk pengolahan bahan mineral, memang efeknya akan masuk investasi yang akan menguatkan rupiah secara lebih besar. Jadi kebijakan ini harusnya diikuti dengan reformasi birokrasi dalam mempercepat pertumbuhan industri pengolah bahan mineral.