Memang ini resikonya bila menganut floating currency, saat likuiditas dollar menipis maka otomatis akan melemahkan nilai rupiah. Padahal fundamental ekonomi baik-baik saja. Ini yang sebenarnya harus dipikir ulang, soalnya Cina yang sebesar gitu baru berani melakukan floating currency saat cadangan devisanya sudah tembus 1T dollar.
Memang resiko dari fixed currency akan terjadi nilai mata uang bisa undervalue maupun overvalue. Namun setidaknya bisa merendam gejolak nilai tukar mata uang, soalnya iklim usaha menjadi tidak kondusif saat mata uang bergejolak. Seakan ekonomi menjadi sebuah permainan, padahal ini menyangkut hajat hidup orang banyak.
Sudah berbagai langkah dilakukan BI dengan melakukan bilateral swap cadangan devisa, namun semua Negara akan memikirkan diri mereka sendiri sebelum membantu Negara lainnya. Memang belum menyelesaikan masalah, persoalan likuiditas dollar yang tipis ini jadi persoalan serius. Ada banyak kendala yang bikin likuiditas dollar menjadi kering, ini yang menjadi PR bagi otoritas moneter dalam merendam gejolak rupiah.
Pasar memang sering bikin degup jantung menjadi tidak teratur, saat rupiah sudah menyentuh level psikologis terbawah, hanya butuh sedikit sentiment negatif akan membuat rupiah melemah dengan cepat. Memang kondisi ini seperti terjun payung tanpa parasut, lha gimana katanya BI sudah masuk toh level psikologis tembus juga.
Memang BI dengan dana yang sangat besar harusnya bisa menstabilkan gejolak rupiah, namun mereka seakan dipermainkan oleh gejolak ini. BI seakan tidak ada, padahal mereka sudah masuk pasar dan mengelontorkan banyak dollar ke pasar, maka wajar bila cadangan devisa tergerus dengan cepat. Persoalan menjadi tambah runyam saat cadangan devisa sudah mulai menipis.
Bisa jadi mereka masih menenangkan diri dengan mengatakan cadangan devisa masih cukup. Padahal sudah lama isu tapering ini, harusnya sudah harus diantisipasi bila tidak ingin langkah ekonomi diombang-ambingkan oleh kebijakan Negara lain. Cina saja buru-buru mengelontorkan likuiditasnya ke pasar saat hearing federal reserve dengan senat menunjukan tapering off akan dilakukan secara perlahan, sebuah badai yang harusnya bisa disiapkan antisipasinya.
Ini harusnya menjadi tanda bahwa tapering off ini bukan hal kecil. Tidak bisa kita mengatakan bahwa ekonomi kita tidak ditentukan kebijakan Negara lain. Ini resiko pasar bebas, resiko floating currency, kecuali tidak berhubungan dengan dollar maka harus memiliki visi ke depan dalam menghadang tapering off ini. Memang neraca perdagangan harus cepat dibikin positif, kurangi impor minyak, jangan subsidi BBM diberikan pada yang mampu.
Memang subsidi BBM ini sebenarnya pemborosan, sangat tidak efektif dalam menurunkan harga kebutuhan pokok. Subsidi BBM saat ini hanya menjadi tekanan yang berat bagi rupiah. Bila semuanya mau mengerti akan hajat hidup orang banyak, harusnya kepentingan politis dikesampingkan. Jangan ngotot melindungi kepentingan kelompoknya sendiri, bila ekonomi kolaps maka semuanya akan tenggelam juga.