Mengenal Saham Overvalue dan Undervalue

05 October 2013

Sebenarnya tidak sulit membedakan suatu saham masih undervalue atau sudah overvalue. Biasanya akan terlihat dari perkembangan laporan keuangan, meski sering laporan tersebut terlalu gosong saat “digoreng”. Memang laporan keuangan menjadi pintu masuk investor mengetahui perkembangan pada saham suatu perusahaan public.

Laporan keuangan perusahaan public memiliki rentang triwulan, tahunan, yang bisa dimonitor perkembangannya. Jadi saat sedang mengincar saham unggulan tidak bisa mendasarkan pada laporan triwulan maupun tahunan, apalagi pada perusahaan yang baru go public atau IPO. Sering terjadi begitu gosong gorengnya hingga harga sahamnya sudah overvalue, akibatnya tidak ada yang diharapkan selain dividen di mata investor.

Sudah menjadi rahasia umum laporan keuangan dibikin “manis”, sehingga terasa menarik untuk dimiliki sahamnya. Hal ini karena berdasar perkembangan sesaat, tidak melihat perkembangan di belakang maupun di depannya. Lalu apa saja yang harus dicermati di laporan keuangan untuk membedakan suatu saham sudah overvalue atau masih undervalue?

Perkembangan asset, omset, kapitalisasi selaras dengan harga saham

Bila melihat ke laporan keuangan memang memiliki dimensi yang luas, sulit ditafsir bila tidak melihat tolok ukur secara keseluruhan. Bisa jadi keuntungan persaham meningkat karena langkah perusahaan menjual asset, sehingga nilai asetnya berkurang. Bila harga sahamnya meningkat pada momen seperti ini, harga saham perusahaan ini menuju overvalue, dengan istilah lainnya harga saham ini sedang digoreng. Lain bila nilai asset bertambah, keuntungan persahamnya juga bertambah, maka harga sahamnya yang naik selaras, dan dalam batas tidak overvalue.

Inipun juga harus dicermati pula bila kenaikan harga sahamnya melebihi kenaikan nilai asset maupun keuntungan persahamnya, maka ini juga bisa menuju ke overvalue. Memang ada rasio yang perlu dilihat di laporan keuangan, jangan hanya melihat sisi berita yang bagus, tanpa melihat aksi yang perusahaan lakukan bermakna perkembangan atau jalan di tempat. Biasanya investor sering terkecoh oleh goring-mengoreng ini tanpa melihat performa perusahaan yang sebenarnya.

Melihat perkembangan kompetitor perusahaan

Memang siapa yang menduga saham nokia, RIM bisa terjun payung. Mereka pernah menjadi market leader, namun tidak pernah melakukan inovasi saat share marketnya mulai tergerus. Inilah yang harus diperhatikan oleh investor saat membeli saham perusahaan blue chip, meski saham sebuah perusahaan market leader. Meskipun laporan keuangannya bagus, tapi share marketnya tergerus maka harga sahamnya sudah overvalue. Hal inilah yang diabaikan investor saham bluechip ini kala harga sahamnya turun terus dan tidak pernah lagi naik.

Jadi melihat suatu laporan keuangan saja tidak cukup, ada juga faktor eksternal yang harus diperhatikan. Kebanyakan investor yang sukses memang bermain di banyak saham unggulan, sehingga tidak mudah tergelincir oleh turunnya saham.Demikian pula belajar dari pengalaman perusahaan besar yang pernah menjadi market leader, kemudian kolaps akan menambah wawasan tentang sebuah saham yang undervalue bisa dengan begitu cepatnya menjadi overvalue. Jadi harus bisa melihat ekspektasi dari sebuah perusahaan, ini bisa dikenal dengan rumor atau digoreng, tapi bisa juga dengan melihat “visionaries” langkah ke depan dalam menentukan sebuah saham undervalue atau sudah overvalue.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->