Niat untuk memiliki rumah terbentur dengan gaji yang pas-pasan, meskipun gaji rat-rata pekerja saat ini UMR sudah mendekati dua jutaan. Namun tetap menyisahkan masalah dalam membeli rumah di satu sisi dan memenuhi kebutuhan hidup di sisi lainnya. Memang gaji UMR bisa saja memenuhi syarat untuk membeli rumah, asal cicilannya tidak menyekik kebutuhan hidup sehari-hari.
Saat ini memang banyak rumah atau rusun yang ditawarkan sangat murah karena disubsidi oleh pemerintah. Ini memang program untuk memberikan rumah bagi penghasilan menengah ke bawah. Meskipun pada hakikatnya membeli rumah lebih pada menyiapkan kebutuhan pokok akan tempat tinggal yang harus dipenuhi.
Gaji UMR yang sekitar dua jutaan memang sangat mepet untuk membeli rumah, karena biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup juga sangat tinggi. Biasanya bank pemberi KPR juga akan sulit diyakinkan bila cicilannya hampir memakan separuh dari gaji. Ada ketentuan pemberian kredit untuk kategori apapun maksimal 40 persen dari gaji sebuah keluarga, bisa gabungan antara suami dan istri. Namun kondisinya juga bisa fleksibel tergantung dari besarnya gaji, tempat atau domisili, besarnya biaya bulanan, yang semuanya masuk dalam kategori yang akan di survey oleh pemberi kredit.
Memang bank pemberi kredit akan melakukan survey dulu sebelum menyetujui sebuah flafon kredit. Biasanya memang seputar gaji dan kemampuan dalam membayar cicilan serta sisa gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bank tentunya memiliki tolok ukur biaya hidup sebuah keluarga dan cicilan yang diberikan tidak akan memberatkan bagi nasabah.
Memperbesar DP untuk menurunkan besarnya cicilan
Memang syarat untuk kredit rumah sama seperti kredit lainnya, DP sebesar 30 persen dari harga rumah. Biasanya dengan DP 30 persen akan tersisa cicilan sekian dalam jangka waktu bisa 10-15 tahun. Namun bila bisa memperbesar DP, maka jumlah cicilan akan semakin menurun dan kemungkinan untuk membayar cicilan kredit rumah semakin besar.
Biasanya saat survey bank akan menilai apakah sisa uang bulanan akan cukup untuk biaya hidup sebulannya setelah dikurangi membayar cicilan rumah. Ada formula yang memang bisa menyakinkan pihak bank, namun biasanya mereka hanya menerima hitam di atas putih. Meskipun bisa saja ada penghasilan di luar gaji bulanan yang bisa untuk menutupi biaya hidup, namun pihak bank akan sulit diyakinkan bila tidak ada bukti secara formal. Bisa saja dengan menunjukan aliran dana di rekening Koran, yang akan menyokong adanya penghasilan tambahan. Biasanya diminta sekitar 3 bulanan rekening Koran untuk menguatkan adanya penghasilan di luar gaji bulanan.
Bila tidak mampu menyediakan bukti, biasanya bagi nasabah potensial akan disarankan untuk memperbesar DP. Memang dalam banyak kasus, DP kredit rumah yang lebih besar akan meringankan cicilan bulanan, bahkan bila bisa di atas 50 persen akan meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kredit. Namun biasanya sangat sulit untuk biasa menabung, uang akan habis untuk keperluan yang tidak pasti.
Memilih rumah yang sedikit fasilitas atau RSS
Memang semakin kecil tipe rumah akan semakin kecil harga jualnya. Banyak pihak developer yang menyiasati hal ini dengan mengecilkan tipe rumah, meskipun ini sebuah perumahan kelas atas. Hal ini untuk memudahkan dalam mendapatkan kredit dari bank dan agar tidak mudah terjadi kredit macet. Masalah layak huni, biasanya nomor dua, fasilitas bisa menyusul dan bisa diperbaiki kemudian hari.
Teknik begini sudah banyak dikembangkan oleh segala segmen perumahan, baik yang menengah ke bawah maupun yang kelas atas. Semakin sedikit fasilitas memang bisa menekan harga rumah, jadi pihak developer rumah akan secara fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pembeli rumah. Beberapa kategori rumah seperti ini memang cepat laku, bahkan overbooking.