Tips Menghadapi Bos yang Rese

17 April 2014

Memang tidak mudah menghadapi senior atau atasan yang cerewetnya minta ampun. Selain bisa bikin jantungan, juga membuat diri lebih emosi dan tak betah bekerja lagi. Bila dituruti bisa-bisa resign lebih awal, meskipun sebenarnya hubungan bawahan dan atasan ini harusnya professional dan jauh dari hal yang subyektif.

Namun yang namanya kerja sudah optimal, sudah dituruti semua targetnya. Eh tetap saja ada yang salah, yang kurang inilah, yang kurang itulah, ini yang membuat hidup tambah gelap dan cepat-cepat pindah kerja. Namun tak semudah yang dipikirkan, nyari pekerjaan juga sulit maka bertahan mungkin menjadi hal positif dalam menghadapi bos yang rese ini.

Coba untuk mengerti

Bila baru masuk kerja, memang harus mengerti policy perusahaan yang tertulis dan tidak tertulis. Ini bisa ditanyakan langsung saat interview atau ngobrol dengan sesama karyawan atau staff. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengerti aturan yang berlaku di perusahaan, sehingga tidak diomeli atau dimarahi si bos gara-gara tidak tahu aturan.

Memang berbaur dengan system kerja di perusahaan baru tidaklah mudah, akan banyak kesalahan yang terjadi. Namun dengan berjalannya waktu semua harus sudah diketahui, terutama aturan yang tidak tertulis yang sering menjadi pegangan bos. Jadi bila tidak ingin bermasalah dengan bos, jangan melewati “red line” yang dibikin oleh bos.

Membangun komunikasi yang positif

Kebanyakan kasus bos rese atau uring-uringan, karena memang karyawan atau staf tidak memenuhi harapannya. Meskipun bisa jadi si bos ini terlalu ambisius, namun sebenarnya baik juga buat staff. Perusahaan maju, toh akhirnya berpengaruh juga pada gaji pada karyawan. Namun yang jelas coba diskusikan setiap persoalan yang muncul.

Lebih baik bicara langsung dengan bos daripada lewat orang lain, yang belum tentu mengerti persoalnnya. Lebih sering salah persepsi, akibat kurangnya komunikasi membuat situasi kerja bisa memburuk. Jadi jangan turut emosi saat bos mulai naik tensinya, coba untuk tetap “cool” dan obyektif. Pandang ketidakpuasan si bos sebagai langkah memajukan perusahaan. Memang terlihat harus bisa “ngemong” si bos ini, padahal dari sisi si bos maksudnya harus bisa memenuhi semua harapan dan target kerja. Persoalan yang sering timbul ini bisa diminimalkan dengan komunikasi dua arah yang positif.

Belajar dari pengalaman

Bisa jadi pengalaman dengan si bos yang cerewet dan rese ini, menjadi pelajaran yang berharga di kemudian hari. Ingat film “Devil Wear Prada” dimana begitu sulitnya menghadapi si bos yang judes, cerewet dan uring-uringan. Namun pada akhirnya bisa membuat si staf ini bisa berhasil dan sukses.

Jadi jangan coba lihat dari sisi perpekstif yang sama di setiap persoalan yang timbul, lihatlah setiap masalah dari beragam perpektif. Ini akan membuat diri menjadi lebih mengerti dan bijak. Kemampuan dalam menghandel sebuah tugas atau pekerjaan, akan meningkatkan kesuksesan di masa datang.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->