Rupiah Cenderung Stagnan bahkan Melemah

29 January 2014

Tidak adanya sentimen positif membuat rupiah cenderung stagnan dan stabil di levelnya untuk jangka waktu dua bulan berturut-turut. Justru pengetatan stimulus fiskal oleh federal reserved akan membuat rupiah semakin melemah. Memang neraca perdagangan sudah cukup membaik dan sudah surplus untuk beberapa bulan, namun akan bisa berubah seiring menuju pesta demokrasi.

Memang ekonomi akan tumbuh dengan gelontoran dana di tahun politik, namun lebih pada konsumsi domestik. Parahnya kebutuhan domestik akan dipenuhi dengan barang impor yang memang lebih murah. Hal inilah yang membuat rupiah akan sulit menguat ke depannya.

Meskipun dengan lahirnya UU Minerba hanya memberi sentiment positif sesaat, tapi kalah gaungnya dengan banyaknya tekanan terhadap rupiah. Banyak kebijakan positif yang kurang dimanfaatkan secara maksimal sehingga ekonomi kurang tumbuh secara optimal. Akibatnya tentu saja menjadi tekanan yang bertubi-tubi bagi rupiah.

Nampaknya level baru akan menanti rupiah, bukan tidak mungkin hanya dengan sentiment negative sesaat rupiah akan bergulir lebih rendah. Memang angkanya belum pasti bisa 12.500, bisa pula 13.000. Memang level psikologi yang ada adalah di 13 ribu, namun inipun bisa saja terjadi.

Jadi bila BI akan masuk ke pasar untuk menstabilkan rupiah, jelas ini hanyalah pemborosan devisa saja. Karena jelas faktor-faktor yang menekan rupiah sudah cukup terang, justru BI seharusnya lebih menuju strategi ke depan untuk jangka menengah. Memang rupiah akan bergejolak dan akan bergelora di kisaran 13 ribuan, namun setidaknya bisa menyelamatkan rupiah untuk jangka menengah tanpa harus kehilangan dana yang besar.

Memang cukup sulit memelihara rupiah ongkosnya amat mahal, dan nilai kembalinya tidak terlalu menguntungkan. Justru lebih baik membangun infrastruktur, menekan biaya ekonomi, sehingga bisa menekan harga produksi dan meningkatkan daya saing. Ini yang bisa memenangkan persaingan di pasar bebas.

Sebenarnya kondisi ini sudah bisa dilihat saat rasio impor mulai lebih banyak dari ekspor, terlihat bahwa industri dalam negeri sudah kewalahan dengan membanjirnya barang impor. Sudah menjadi tanda bahwa rupiah akan berada dalam tekanan, yang berarti ada permasalahan serius di kondisi ekonomi. Memang banyak yang harus dibenahi, tapi bila terlambat akan menjadi Negara importer terbesar di dunia.

Sebenarnya tidak ada yang buruk dengan perdagangan bebas, selama industri dalam negeri bisa bersaing. Mereka akan mendapatkan bahan produksi yang lebih murah. Namun bila kalah bersaing akan menjadi tekanan pada ekonomi rupiah, banyak Negara maju yang masih melindungi industri dalam negeri mereka dengan insentif terselubung.

Ini sudah menjadi taktik dalam memenangkan persaingan di pasar bebas. Kekayaan alam, murahnya tenaga kerja sudah bukan jaminan dalam memenangkan persaingan di pasar bebas. Justru mereka yang bisa menekan harga produksi akan bisa mendorong fundamental ekonomi. Memang akan menjadi tekanan yang berat bagi rupiah meskipun di tahun politik yang akan banyak dana dibelanjakan.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->