Pertumbuhan penduduk Indonesia, terutama di pulau Jawa mulai mengkhawatirkan. Dari angka yang dirilis BPS pada beberapa tahun terakhir menunjukan kenaikan yang signifikan. Sesuatu yang harus diwaspadai di tengah pertumbuhan ekonomi yang menurun.
Semenjak era reformasi dimulai, praktis program KB atau keluarga berencana berhenti. Produk era rezim orde baru ini menjadi salah satu dari sekian sisa orde baru yang ditinggalkan. Padahal program perencanaan kelahiran atau birth control ini sangat bagus dalam menahan laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali ini.
Meski masih ada lembaga seperti BKKBN yang dimasa orde baru begitu ketat mengontrol angka kelahiran, pada masa sekarang sudah tak begitu terdengar. Kalau dulu kegiatan seperti posyandu akan menjadi ujung tombak dalam gerakan dua anak cukup, pada saat ini program posyandu ini kalah dengan BPJS atau program kartu sehat lainnya.
Pemerintah lebih menyehatkan rakyatnya daripada mengendalikan pertumbuhan penduduk yang sudah tak terkendali ini. Diperkirakan pemerintah masih yakin akan bisa memenuhi lapangan kerja dari era baby boomer ini. Padahal angka pertumbuhan ekonomi sudah mulai meredup, dengan anggaran pembangunan yang semakin berat, maka akan sulit sekali menyediakan lapangan kerja dari era baby boomer ini dimasa mendatang.
Memang dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, Negara tak perlu khawatir akan penyediaan tenaga kerja produktif. Namun dengan lapangan kerja yang semakin terbatas, maka penggangguran dan persoalan sosial akan semakin memberatkan anggaran Negara. Lihat saja dengan anggaran kepolisian yang semakin besar, akan semakin sia-sia dengan sumber persoalan sosial yang semakin membesar pula.
Diperkirakan angka kriminalitas, kasus narkoba akan menjadi beban Negara yang bisa menguras habis anggaran belanja Negara di bagian kepolisian. Disamping semakin melebarnya kesenjangan ekonomi di masyarakat. Sesuatu yang harusnya dipertimbangkan lebih urgen daripada sekedar melahirkan kartu sehat tanpa memiliki visi akan persoalan social kedepannya.
Persoalan hutang buat membayar bunga hutang yang berakibat pada pemangkasan anggaran, sebenarnya tak lebih dari anggaran belanja yang terlalu konsumtif oleh beban jumlah penduduk yang terlalu besar. Dimana besarnya anggaran tidak mencukupi dengan beban Negara yang semakin besar. Pemerintah sudah salah strategi dalam merencanakan pembangunan yang berkelanjutan.
Pertumbuhan yang disokong dari hutang yang semakin membesar, hanya akan menimbulkan bola salju dikemudian hari. Andai Sri Mulyani tidak mampu mengatasi hutang buat bayar hutang ini, maka kita akan mengikuti jejak Yunani dan Negara-negara yang akan terlilit hutang di perekonomiannya.