Diperkirakan rupiah “meng-KO” dollar hampir 2 persen pada perdagangan kemarin. Ditengah sentiment positif penundaan kenaikan suku bunga amerika. Ini akibat dari membaiknya data tenaga kerja di amerika yang membuat dollar “berhamburan” menyerbu emerging market.
Dari dalam negeri isu koreksi harga BBM diperkirakan akan mendorong rupiah menguat lebih jauh. Hal ini karena banyak opini yang melihat harga BBM saat ini sudah tidak ekonomis lagi, ditengah turunnya harga minyak mentah dunia. Namun simpang siur penurunan harga BBM ini masih tarik ulur dengan posisi rupiah yang masih fluktuatif.
Memang semua komponen ekonomi bagai asap yang tidak bisa dipegang keberadaan maupun posisinya. Ini membuat rupiah akan terus menjadi komoditas spekulatif di pasar mata uang. Lebih banyak rupiah tertekan daripada menguat dalam beberapa bulan ini.
Hal ini membuat posisi rupiah sudah mengalami depresiasi lebih dari 20 persen dalam setahun ini. Memang penguatan 2 persen masih belum apa-apa, masih sangat jauh dari posisi terbaiknya pada setahun yang lalu. Namun setidaknya memunculkan harapan akan sinyal positif membaiknya posisi rupiah.
Bila dilihat lebih jauh, ada beberapa sentiment positif yang akan mendorong rupiah menguat. Salah satunya adalah belanja anggaran tersisa yang masih sangat besar, hampir 40 persen sisa anggaran yang masih belum dibelanjakan disisa kurun waktu yang hanya kurang dari 3 bulan. Ini membuat window dressing bisa berangkat lebih awal dari yang diperkirakan.
Dari berbagai kementrian nampaknya juga terjadi “rush” dalam menghabiskan anggaran yang tersisa. Ini membuat sektor riil mulai bergerak lebih cepat dan membuat investor asing mulai masuk ke bursa kemarin. Volume aksi beli yang dilakukan investor asing kemarin cukup besar, hingga mendongkrak bursa tertinggi di kawasan asia pasifik.
Tentunya permintaan rupiah yang tinggi ini membuat lonjakan penguatan tajam rupiah kemarin. Berikutnya bisa jadi akan berubah menjadi aksi profit taking, ini mengingat kebiasaan setelah ramainya aksi beli investor asing akan diikuti dengan aksi ambil untung keesokan harinya.
Penguatan rupiah mungkin akan tertahan, atau bahkan masih harus bergulat di angka yang lebih rendah lagi. Ini mengingat kondisi perekonomian masih belum bagus amat. Pemerintah masih berjuang menggerakan sektor riil yang menjadi motor bagi pertumbuhan ekonomi, ditengah isu PHK masal yang masih terjadi.