Harga barang kebutuhan sehari-hari mulai terkerek naik semenjak rupiah melemah makin dalam. Barang yang biasa dijual di supermarket dan pasar tradisional kompak naik harganya. Kondisi ini biasanya hanya terjadi saat kenaikan BBM atau menjelang hari raya.
Namun perubahan besar pada nilai rupiah sudah berdampak pada kebutuhan sehari-hari. Boleh dibilang ketergantungan akan barang impor masih cukup tinggi. Dulu barang impor ini harganya murah, sehingga mematikan industri dalam negeri. Di saat harga barang impor naik, industri dalam negeri sudah tak mampu lagi bangkit.
Kondisi ini membuat gejolak rupiah bisa berpengaruh langsung pada harga barang kebutuhan sehari-hari. Dalam ekonomi yang sudah terhubung satu dengan yang lainnya. Dengan efek domino akan mempengaruhi harga barang satu dengan yang lainnya, apalagi buat barang yang produksinya mengandung barang impor. Bahkan untuk batik yang merupakan warisan budaya, kain dasarnya sudah tergantung pada impor.
Memang serba ironi dengan kondisi industri di dalam negeri yang kalah bersaing dengan produk impor. Ini membuat pelemahan rupiah bisa mempengaruhi harga kebutuhan pokok secara langsung. Industri kita banyak yang tergantung bahan bakunya dari impor, otomatis bila rupiah melemah, maka ongkos produksi akan naik.
Kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari ini bisa dengan mudahnya dimonitor dari struk dari belanja di supermarket. Dari minggu ke minggu, bulan ke bulan, nampak ada kenaikan terus menerus selama beberapa bulan ini. Ambil contoh seperti harga pasta gigi, shampoo, sabun, produk pembersih, mengalami kenaikan setiap minggunya.
Harga barang kebutuhan sehari-hari ini atau dikenal dengan produk ritel ini, begitu konstan atau rutin mengalami kenaikan. Bisa naik 500 perak, seribu, dua ribu, bahkan lima ribu tiap minggunya, tergantung pada besaran volume atau beratnya. Kenaikannya memang tak terasa bila beli satu, dua biji. Namun terasa berat bagi yang belanja model bulanan.
Mulai terasa belanja bulanan yang biasanya habis sekian bisa nambah jadi lebih besar dari sebelumnya. Memang mulai terasa uang tidak ada harganya, bahkan di pasar tradisional seperti harga sayur mayur, buah-buahan sudah mengalami kenaikan pula. Memang heran bukankah sayur segar ini bukan barang impor, namun akhirnya bisa dimaklumi adanya efek domino dari kenaikan harga produk lainnya.
Memang pelemahan rupiah dalam setahun ini saja sudah lebih dari 15 persen. Ini artinya nilai uang rupiah sudah menurun cukup tajam dan berarti apapun yang bisa dibeli sekarang lebih sedikit yang bisa diperoleh. Uang rupiah semakin tidak ada harga dan nilainya lagi.