Kenaikan suku bunga amerika bisa saja dijadikan alasan banyaknya investor asing yang melakukan aksi jual di bursa saham. Namun pengamatan ini bisa lain dari sisi investor, mereka melakukan aksi jual karena memang ingin keluar dari portofolio investasi di mata uang rupiah. Kondisinya sudah tidak kondusif lagi, lebih beresiko, merugikan dan tidak menguntungkan dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang mungkin saja masih ada harapan, tapi tidak untuk jangka pendek maupun menengah. Situasinya benar-benar tidak menguntungkan buat main di pasar keuangan Indonesia. Wajar bila saat keluar dari bursa saham, investor ini tidak beralih ke instrument investasi lainnya, melainkan keluar dengan memborong dollar ramai-ramai.
Memang investor asing ini kabur dari bursa saham Indonesia dan beralih ke investasi yang lebih menguntungkan di luar sana. Tidak ada data pasti kemana mereka melarikan investasinya. Pastinya memang menjauhi segala bentuk investasi yang bermata uang rupiah, karena sudah tidak menguntungkan lagi.
Lalu buat apa pemerintah masih ngotot dengan program proyek mercusuar infrastruktur untuk menarik investor asing, bila yang ditawari sudah tidak percaya lagi?
Mungkin pemerintah masih punya alasan kuat untuk tetap melanjutkan proyek infrastruktur di tengah kelesuan ekonomi. Namun perlu dipahami ada hal fundamental yang harus diperbaiki dulu di ekonomi rupiah. Bila masih tetap memaksakan proyek yang ada, bisa jadi kondisi perekonomian tidak akan membaik, bahkan semakin memburuk.
Ini terlihat dari beberapa indikator yang memang semakin memburuk. Segala kebijakan ekonomi atau paket apapun itu namanya, sudah tidak mujarab dalam memperbaiki kelesuan ekonomi rupiah. Pemerintah harusnya lebih mengkaji datanya lebih teliti lagi dalam melihat persoalan ekonomi yang sebenarnya.
Bila dilihat di semua Negara juga lesu, memang akan sama kondisinya, hanya saja ekonomi kita sangat parah penurunan atau pelambatannya. Ini menandakan ada yang salah dengan pondasi perekonomian. Dari data yang ada, IHSG menjadi yang terburuk di antara bursa regional maupun indeks dunia.
Banyak Negara yang bisa recovery dari kejatuhan saat “black Monday”, namun tidak untuk IHSG yang masih terus investor asingnya kabur. Mereka bahkan tidak menoleh sama sekali pada paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Situasinya mungkin sudah terlalu besar dan bukan sekedar kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Di mata investor, pemerintah harus melakukan perombakan atau reformasi menyeluruh pada system perekonomiannya. Jadi bukan hanya sekedar paket kebijakan atau sekedar “omong doang”, tapi lakukan perombakan menjadi ekonomi yang produktif. Tentunya harus dimulai dari sisi anggaran, karena ini yang menjadi kunci pergerakan ekonomi.
Bila masih tetap mengandalkan kebijakan yang sudah-sudah, maka bisa dipastikan pemerintah hanya mengikuti kebijakan sebelumnya, dan ini sudah pasti tidak akan bisa memperbaiki kelesuan ekonomi. Proses perlambatannya sudah berjalan sejak 2011, dan ini butuh untuk melihat data ke masa lalu, kenapa ekspor yang mencapai puncaknya bisa jatuh dan terus menurun. Ini kunci sebenarnya kenapa investor kabur dari bursa dan tak menoleh ke belakang sedikitpun.