Ekspektasi yang tinggi pada sumber penerimaan dari pajak tidak main-main. Berbagai langkah dilakukan untuk mengenjot setoran pajak bisa mencapai targetnya. Salah satunya dengan memberi “vitamin” bagi pegawai pajak, seperti kenaikan tunjangan gaji, remunerasi gaji dan tambahan fasilitas lainnya.
Langkah pemberian “vitamin” ini boleh saja diberikan, ini dengan harapan agar pegawai pajak bekerja lebih keras lagi. Lebih pintar dalam memburu para obyek pajak kelas kakap, sehingga setoran pajak bisa mencapai target. Sukur-sukur bisa melebihi target yang telah ditentukan.
Namun beberapa langkah pemerintah akhir-akhir ini cukup dipertanyakan tujuannya. Seperti penghapusan pajak atas beberapa barang mewah, menghapus pajak bagi penghasilan 3 juta perbulan. Ini ibarat memotong sebagian jala pak nelayan saat menangkap ikan, jelas sebagian ikan akan lolos dari jeratan jala.
Bila melihat ke rasio pendapatan 3 jutaan di obyek pajak, angkanya tidak sedikit. Cukup besar sumbangsihnya bagi setoran pajak secara keseluruhan. Bisa jadi tujuan penghapusan ini untuk meringankan beban masyarakat kelas bawah, tapi momennya tidak tepat.
Di saat Negara butuh rupiah yang banyak, eh kok dikurangi alirannya. Jelas setoran pajak akan berkurang. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang lesu, pendapatan pajak dari berbagi sektor pasti akan menurun pula.
Penghapusan pajak atas beberapa barang mewah memang bertujuan menghadang ribuan orang Indonesia yang suka belanja ke singapura. Orang kita memang gila belanja, diharapkan dengan tidak adanya pajak atau barang mewah tersebut akan membuat murah harganya dan orang kita akan cenderung beli di dalam negeri. Namun tindakan ini tak sepenuhnya dikatakan berhasil.
Ini karena orang kita suka bepergian dan belanja di singapura. Apapun diskon yang diberikan di dalam negeri, tetap lebih enakan dan keren belanja di singapura. Kondisi ini sudah menjadi kebiasaan kalangan menengah ke atas yang sulit untuk dihapus.
Apalagi dengan maraknya penerbangan murah ke negeri tetangga. Justru makin lebih irit belanja di Singapura daripada harus ke kota besar Jakarta ataupun Surabaya. Jelasnya penghapusan pajak atas barang mewah ini lebih menguntungkan pengusaha barang mewah.
Harusnya pemerintah lebih prioritas menaikan potensi setoran pajak, daripada menghilangkan sumber penghasilan pajak. Pemerintah harus konsisten atas keinginan menaikan setoran pajak. Jangan direcoki dengan kebijakan yang kontraproduktif.