Tidak dipungkiri jalinan program MEF yang digagas sejak pemerintahan Yudhoyono telah menghidupkan kembali industri pertahanan nasional. Boleh dibilang industri pertahanan kita mati suri. Ini karena tidak adanya anggaran untuk pembelian alusista baru.
Nampaknya konflik LCS menjadi katalis dari naiknya industri pertahanan nasional. Sebenarnya kita juga memiliki sengketa perbatasan berkepanjangan dengan Malaysia, namun tidak terlalu mengancam dan hanya ditanggapi adem ayem saja. Juga saat Cina sudah berani mengklaim kawasan spratly, kita masih santai-santai saja.
Baru saat Cina sudah memasukan kawasan perairan Natuna ke dalam 9 dash line di paspor mereka, maka Indonesia mulai terancam. Sebenarnya Indonesia tak ingin ikut campur dalam konflik LCS, hanya mau jadi penengah saja. Namun nampaknya sikap agresif cina sudah mulai kelihatan dengan 9 dash line ini.
Boleh dibilang Cina ingin memasukan seluruh kawasan laut cina selatan ke dalam pengaruhnya. Kondisi ini memang bisa menimbulkan konflik, dan ini telah didahului dengan Negara tetangganya Vietnam. Tidak heran Vietnam yang sering dibully oleh Cina ini, mulai membeli alusista baru dan modern.
Demikian pula Philipina yang memiliki sengketa wilayah dengan Cina, juga melakukan pembelian alat militer dengan terpaksa. Ini karena keterbatasan anggaran yang melilit Negara philipina. Namun agaknya kita kecipratan rejeki dari philipina saat Negara tersebut meng-order dua LPD sejenis makassar class ke PT PAL.
Agaknya konflik LCS ini mulai membangkitkan industri pertahanan kita. PT PAL yang mulai kebanjiran banyak order. Mulai dari order dua PKR yang sedang berjalan dan 4 PKR yang akan direncanakan. Lalu pembuatan kapal selam oleh PT PAL, ini membuat perusahaan pembuat kapal ini sibuk berat.
Di matra udara, PT DI juga mulai kebanjiran order dari kementrian pertahanan. Seperti pengadaan helikopter anti kapal selam. Pesawat patroli dan angkut sekelas CN295, serta kemungkinan pengadaan pesawat angkut kelas berat A400m yang masih dijajaki program alih teknologinya. Memang harus ada alih teknologi agar industri pertahanan di dalam negeri juga berkembang.
Sebenarnya kita memiliki kemampuan dalam membuat alusista secara mandiri. Hanya saja sering terhambat mindset “paling bagus”, yang menghalangi tumbuhnya industri pertahanan nasional. Harusnya pemerintah dan kemenhan tetap konsisten dalam memajukan industri pertahanan nasional dan hanya beli alusista dari luar dengan embel-embel alih teknologi.