Usaha waralaba memang amat bergantung pada daya beli masyarakat. Pada saat krisis tentunya kemampuan beli konsumen akan menurun. Ini membuat omset penjualan pada waralaba bisa menurun, dan tentunya akan menurun pula keuntungannya.
Dalam kondisi krisis yang bisa dilakukan oleh sebuah waralaba adalah bertahan. Salah satunya dengan mulai menurunkan biaya-biaya operasional yang tak perlu. Mungkin ada biaya iklan atau pemasaran, pos anggaran ini bisa dikurangi untuk sementara waktu.
Juga pos pengeluaran lainnya harus bisa dibikin lebih efisien. Memang dalam kondisi krisis, disaat penghasilan menurun maka pengeluaran harus menurun pula. Ini agar tercapai keuangan waralaba yang sehat.
Bila waralabanya memiliki utang dengan bank, maka harus ditata-ulang atau restrukturisasi. Sukur-sukur bila masih bisa membayar angsuran bulanan, bila tidak, perlu dinegoisasi dengan pihak bank dan jangan sampai gagal bayar. Pada saat krisis bank tentunya akan membantu nasabahnya agar tidak sampai gagal bayar.
Selama kondisi keuangan baik, pola pembayaran utang yang dibuat oleh waralaba bisa saja diperkecil. Ini disesuaikan sampai kondisi pasar membaik, baru angsuran utang bisa dikembalikan seperti awalnya. Memang biasanya persoalan keuangan pada waralaba amat serius di saat krisis.
Sudah untung saja ini sudah cukup lumayan. Bila rugi tentunya berisiko pada kelangsungan waralaba. Istilahnya harus diusahakan jangan sampai tutup karena bangkrut, harus ada usaha untuk bertahan dari krisis ini.
Bisa saja dengan kondisi krisis ini harga jualnya mulai sedikit diturunkan, namun tetap dalam margin untung. Bisa juga dengan merubah bentuk atau mengurangi ukuran produk yang dijual oleh waralaba. Banyak cara untuk mengefektifkan penjualan di tengah daya beli konsumen yang menurun.
Apapun harus dilakukan agar produk jualan waralaba tetap laku. Jangan terpaku akan standar yang dibuat, kadang perlu inovasi agar bisa bertahan. Bila mengikuti standar waralaba mungkin saja akan tergulung oleh ketatnya persaingan di saat krisis. Soalnya pada saat begini, semua ramai-ramai berebut kue yang makin mengecil.
Disini inovasi menemui tantangannya, apakah dengan perubahan ini akan bisa mempertahankan omset penjualan produk waralaba? Bila ini cukup bagus prospeknya bisa dipertahankan sampai kondisi krisis berlalu. Daya beli menurun harus selalu disiasati dengan inovasi kreatif agar bisa bertahan saat krisis.