Aturan MTCR mungkin menghambat perkembangan industri rudal di banyak Negara. Ini termasuk Indonesia yang sudah beberapa dekade tak kunjung bisa bikin rudal dinamis, bisanya rudal statis yang juga terbatas pada jarak jangkauannya. Memang sudah beberapa ujicoba dilakukan oleh Lapan dalam menggapai teknologi roket yang merupakan dasar pengembangan rudal.
Namun hasilnya masih berkutat pada kemampuan roket saja, belum menyentuh teknologi sensor ataupun piranti pemandu yang mumpuni. Meskipun jarak jangkauan roket Lapan masih terbatas, sebenarnya bisa dikembangkan ke berbagai jenis rudal, asalkan teknologi pemandunya dikuasai, dan ini bukan perkara mudah. Sudah beberapa Negara diajak kerjasama, hasilnya masih belum memuaskan.
Harusnya teknologi rudal atau roket ini dibuat serius pengembangan teknologinya. Ini karena merupakan tulang punggung bagi pertahanan suatu Negara. Selama ini Indonesia masih mengandalkan rudal impor, dari yang statis sampai yang dinamis masih bergantung pada produk luar.
Harusnya dengan capaian roket Lapan yang bisa tembus di atas 100 km, sebenarnya sudah bisa dibikin lebih dari sekedar MLRS atau rudal statis. Sudah bisa dibikin rudal dinamis seperti SAM, SSM, ASM bahkan hanya sekedar ATGM atau anti tank seperti Japelin. Memang teknologi sensor dan pemandu yang belum sepenuhnya dikuasai banyak menghalangi perkembangan teknologi rudal kita.
Apalagi untuk pengembangan teknologi rudal pertahanan ini sangatlah mahal. Butuh anggaran yang tidak sedikit dan itupun belum tentu balik modal. Perusahaan Negara kayak Pindad saja masih setengah-setengah dalam capaian teknologi pertahanan. Mereka masih bergantung pada Lapan dalam pemgembangan roket pertahanan.
Kondisi ini sebenarnya sudah harus dipecahkan saat kemandirian dalam industri pertahanan sudah digagas. Ingat pengalaman embargo di masa lalu hendaknya sudah bisa membuat kebijakan atau roadmap dalam membangun industri pertahanan yang mandiri. Jangan tergiur untuk membeli rudal canggih yang wah, padahal masih impor, masih bisa diembargo dan akan sulit menjadi tulang punggung saat terjadi konflik.
Tidak ada salahnya dengan tambahan anggaran pertahanan, lebih difokuskan pada pengembangan rudal pertahanan. Minimal sudah bisa bikin SAM sendiri, ini sudah bisa meningkatkan pertahanan Negara. Tidak perlu memikirkan rudal balistik, yang hanya akan menimbulkan potensi konflik dengan Negara lain.