In the Name of Reformasi Ekonomi

10 July 2015

Reformasi ekonomi yang digagas oleh pemerintah patut dihargai, meski pahit hasilnya. Mulai dari menghapus subsidi BBM, menghapus pajak golongan bawah, program infrastruktur besar-besaran, sampai poros maritim, semuanya sebenarnya baik. Namun melewatkan pembenahan fundamental ekonomi yang keropos.

Tata kelola keuangan yang terlalu konsumtif hingga menambah utang Negara semakin besar. Reformasi ekonomi yang digagas memang terasa pahit saat menghapus BBM, karena akibatnya harga-harga naik dan inflasi membumbung tinggi. Ini yang nampaknya dibiarkan saja, meskipun berusaha ditekan dengan operasi pasar dan menaikan daya beli masyarakat dengan menghapus pajak golongan bawah.

Namun hasilnya ekonomi cenderung lesu, rupiah melemah semakin dalam dan daya beli masyarakat semakin menurun. Ada yang dilewatkan oleh pemerintah dalam memperbaiki fundamental ekonomi yang keropos. Tata kelola keuangan yang tidak sehat, gejolak rupiah hanya diatasi dengan intervensi BI ke pasar rupiah.

Ini sama sekali tidak memperbaiki fundamental ekonomi, hanya mengatasi gejala tanpa menyembuhkan penyakit yang sesungguhnya. Struktur keuangan rupiah memang sangat lemah, ini terlihat dari pola defisit anggaran belanja yang dipilih. Padahal rupiah sedang dalam tekanan.

Harusnya pengetatan fiskal dilakukan, karena ini berhubungan dengan pondasi rupiah dan daya beli masyarakat. Rupiah harus menguat dengan menekan inflasi serendah mungkin. Menurunkan suku bunga acuan maupun kredit, hingga bisa memiliki daya saing ekspor lebih baik.

Selama ini ekspor kita terbatas pada SDA dan sangat lemah pada hasil industri. Ini karena daya saing produk industri sangat lemah. Apalagi dengan komponen industri yang masih impor. Kita memiliki banyak kekurangan di pondasi ekspor, yang sebenarnya bisa menjadi tumpuan kekuatan rupiah. Apakah reformasi ekonomi pemerintah salah arah?

Sebenarnya tidak, hanya melewatkan perbaikan fundamental ekonomi, sehingga reformasi ekonomi hanya menghasilkan masalah. Inflasi tinggi, rupiah melemah, harga-harga kebutuhan pokok naik, daya beli masyarakat menurun. Bagi orang awam pembangunan ekonomi adalah membuat hidup mereka menjadi lebih baik.

Pemerintah terlalu bernafsu membangun, hingga melewatkan kondisi fiskal atau keuangan yang rapuh. Jangan salahkan orang yang menaruh uang mereka di luar negeri, bila situasi ekonomi tidak kondusif. Inflasi tinggi, rupiah melemah, jelas investor akan memilih tempat berinvestasi yang aman.

Bisnis is bisnis, jangan blunder dengan komentar hal yang tak mampu anda berikan. Lebih baik perbaiki sisi anda, pasti investor akan kembali saat ekonomi kondusif. The great man never see other fault, but see his fault in first place.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->