Krisis utang Yunani sudah menunjukan tanda-tanda semakin memburuk. Resiko gagal bayar sudah di depan mata. Meskipun ada pertemuan dengan Negara donor, tapi belum menghasilkan kesepakatan yang pasti.
Yunani masih harus memberikan kesempatan pada rakyatnya lewat referendum untuk menyetujui proposal perjanjian dengan Negara donor. Bisa jadi hasilnya NO untuk proposal utang Yunani tersebut. Ini karena proposal tersebut akan membebani hidup rakyat Yunani.
Padahal selama ini bukan rakyat yang menyebabkan menumpuknya utang tersebut. kesalahan pemerintah dalam mengelola keuangan Negara sebagai penyebab dari krisis utang dengan IMF ini. Seperti diketahui Yunani sudah menjadi pasiennya IMF, dengan batas jatuh tempo pada akhir Juni.
Bila tak mampu maka Yunani akan jatuh pada kondisi default dan pastinya Yunani akan keluar dari zona euro. Suatu yang akan membuat perekonomian di eropa jatuh ke dalam krisis. Meskipun share Yunani tidaklah besar, tapi secara system Yunani sudah menjadi bagian dari euro.
Bila yunani ambruk sudah pasti ekonomi eropa akan terseret pula, dan ini akan berpengaruh ke perekonomian global. Sebenarnya ada persamaan kondisi utang yunani ini dengan Indonesia. Hanya saja Indonesia sudah tak memiliki utang dengan IMF.
Kondisi utang Indonesia tiap tahun selalu naik, meskipun sempat dikelola dengan baik saat Sri Mulyani menjadi menkeu. Rasio utang terhadap GDP sudah menurun mendekati angka 20-an persen. Namun kembali naik saat ditinggalkan Sri Mulyani ke World Bank.
Saat ini utang Indonesia cenderung naik, dengan beban utang yang semakin berat. Ini karena kondisi mata uang rupiah yang melemah. Mau tak mau bebannya semakin berat.
Bisa jadi sampai akhir tahun rupiah akan tertekan oleh beban utang yang jatuh tempo. Setiap tahun anggaran belanja Negara tersedot oleh bayar utang yang semakin besar ini, bahkan boleh dibilang jadi gali lubang tutup lubang. Galinya malah semakin dalam, ini terlihat dengan porsi utang yang semakin besar.
Bila kondisi ini berlarut-larut bisa jadi Indonesia akan sama nasibnya dengan Yunani. Boleh dibilang tidak ada perbaikan indikator ekonomi selama dua kuartal ini. Cadangan devisa menurun, inflasi semakin naik, angka pengangguran yang naik pula. Semua ini harusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk meninjau lagi kebijakan ekonominya.
Bukan tidak mungkin kita akan jatuh seperti Yunani. Faktanya adalah utang yang semakin besar, sedang nilai rupiah yang semakin melemah. Ini sudah membuat tata kelola keuangan sudah tidak sehat lagi dan harus dibenahi.
Bila tak bisa mengelola ekonomi, lebih baik mundur saja dan serahkan pada yang ahli. Masih banyak yang kompeten seperti Sri Mulyani, mary elka pangestu yang bisa diandalkan dalam memperbaiki kondisi ekonomi saat ini. Jangan korbankan rakyat hanya untuk kekuasaan semata.