Ada banyak penyebab hingga ekonomi tumbuh di bawah perkiraan atau melambat. Dari anggaran Negara yang belum cair, kondisi global yang belum membaik sampai situasi politik yang tidak kondusif. Semua ini bisa membuat kondisi perekonomian menjadi lesu.
Biasanya saat factor-faktor tersebut membaik indikatornya, maka ekonomi akan bergerak dan memberi efek positif di pasar. Namun bila factor penyebabnya berasal dari turunnya kepercayaan investor atau public, maka akan susah membaik selama pemerintah tidak memperbaikinya kinerja dan kapasitasnya. Memang cukup komplek tapi bisa dianalisa dan diatasi penyebabnya.
Namun yang namanya spekulan biasanya memang spekulatif, mencari kambing hitam yang seringkali bukan menjadi akar dari masalah lesunya ekonomi. Sering pula kebiasaan ini melupakan fundamental yang harus diperbaiki, sehingga arah kebijakan ekonomi yang sudah keliru membuat tidak ada perkembangan berarti bagi pertumbuhan ekonomi.
Kebiasaan yang salah dalam melihat penyebab lesunya ekonomi ini bisa membuat arah kebijakan menjadi kontraproduktif. Ini bisa dilihat dengan langkah yang diambil pemerintah tidak berhasil memperbaiki indicator makro. Salah satunya adalah kinerja ekspor yang selama beberapa bulan ini tidak pernah membaik.
Terlihat kebijakan yang diambil tidak optimal, lain dengan jamannya Mari Elka Pangestu dan Bu Sri Mulyani. Dua orang ini sukses menelurkan kebijakan yang membuat kinerja ekspor membaik, bahkan menembus level psikologis 100 milyar dollar. Boleh dibilang masa keemasan perekonomian pada saat itu, karena setelah itu kinerja ekspor hanya biasa-biasa saja.
Memang ada perbedaan saat kendali kebijakan ekonomi di tangan orang yang tepat. Kepercayaan investor atau public akan tumbuh dan bisa menggerakan ekonomi. Ada pepatah yang masih berlaku, “right man in the right place” ini yang membuat ekonomi bisa membaik.
Meskipun tidak dipungkiri investor mencari sisi aman dalam berinvestasi. Saat kondisi hukum dan politik tidak disukai, mereka dengan mudahnya menunggu atau mengalihkan modalnya ke pasar di Negara lain. Apalagi saat ini sudah tidak ada batasan antar Negara, dengan mudahnya capitol ini dipindahkan ke Singapura yang lebih bersaing keuntungannya.
Saat kepercayaan investor sudah turun, jangan harap kebijakan ekonomi yang diambil akan bisa memperbaikinya. Kesalahan politis atau blunder dalam memilih pejabat public bisa mempengaruhi sentiment investasi. Ini akan butuh waktu lama dan berdarah-darah untuk memperbaikinya.
Biasanya investor akan wait n see pada hal ini, dan mereka punya pilihan dalam menaruh investasinya. Segalanya bila tidak memenuhi harapan public akan disikapi dengan cermat oleh para investor. Hal inilah yang harus dilihat oleh para pengambil kebijakan dalam memperbaiki ekonomi yang sedang lesu.
Banyak yang sudah capek dengan kondisi ini, sudah harga-harga naik, penghasilan seret, ini bisa menimbulkan hal negatif di masyarakat. Sebaiknya pemerintah memperbaiki penyebab mendasar ini sebelum mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang kontraproduktif.