Banyak yang tertarik berinvestasi di reksadana, ini karena memang menawarkan return atau hasil yang tinggi. Namun benarkan investasi di reksadana cukup aman? Bahkan dengan seorang Manajer investasi atau MI yang berpengalaman. Tetap saja tidak aman 100 persen.
Meskipun bisa pula mendekati 100 persen amannya, bila diinvestasikan di perusahaan raksasa tanpa kompetitor. Namun ingat reksadana adalah bentuk investasi, bukan jenis tabungan atau deposito di bank yang dijamin oleh LPS. Jadi bila penyelenggaranya kabur atau uangnya dihabiskan oleh debitor, maka uang yang diinvestasikan di reksadana ini tidak akan kembali.
Memang jangan tergiur oleh bukti yang ada, biasanya para marketing reksadana sangat lihai dalam iing-iming hasil yang dijanjikan. Apalagi laju pertumbuhan investasi reksadana ini memang cukup menarik. Di beberapa MI ada yang bisa mencapai 20-25 persen, bahkan ada yang lebih.
Ini disebabkan beberapa debitornya memang memiliki prospek yang sangat cerah. Seperti sektor retail yang naik daun, di tengah konsumsi nasional yang meningkat. Namun semua itu ada batasnya. Di saat kompetitornya mulai bermunculan, bisa jadi pertumbuhan investasinya akan menurun, bahkan bisa nol atau hangus sama sekali.
Perhatikan perencanaan keuangan anda
Jangan taruh telur investasi anda dalam satu tempat. Setidaknya bagi investasi anda pada tempat yang aman, misal 30 persen untuk investasi di deposito yang dijamin LPS. Lalu 30 persen di Reksadana yang mendekati 100 persen amannya, yaitu reksadana fixed income yang biasanya diinvestasikan di SUN, yang lebih tinggi daripada bunga deposito di bank. Baru yang tersisa bisa digunakan di reksadana yang menarik hasilnya.
Hal ini untuk menurunkan resiko investasi anda. Ini untuk menjaga, jangan sampai anda miskin di usia tua. Bila masih muda mungkin masih bisa berusaha dan bekerja lagi, tapi bila sudah tua, langkahnya akan semakin sempit.
Perhatikan MI atau penyelenggara reksadana
Meskipun mereka sudah memiliki ijin, dan diawasi oleh OJK, tetap saja perhatikan trak recordnya. Ini bisa melihat di OJK atau berita media yang berkembang. Juga lihat fee yang mereka tarik, kebanyakan mereka menyembunyikan ini di awal promosinya. Istilahnya selalu bendol mburi atau mengecewakan di belakang hari.
Banyak lembaga perbankan yang mulai ikut di investasi reksadana. Ini membuat rangkaian jalur investasi menjadi lebih panjang dan resiko hasil investasi menjadi menurun. Maklu keuntungan investasi harus dibagi lagi dengan perantara perbankan ini. Memang banyak bank besar yang menawarkan perantara investasi reksadana ini, dengan cara yang mudah, misal Cuma 200 ribu bisa diinvestasikan di reksadana. Biasanya dengan buku tabungan, KTP dan NPWP sudah bisa investasi reksadana 200 ribu perbulannya. Ada istilah autocollection yang akan didebet dari tabungan setiap bulannya.
Meskipun di beberapa MI tidak terlalu mensyaratkan adanya NPWP, tetap saja bagi yang alergi investasi bodong tidak terlalu percaya pada MI ini. Mereka masih lebih percaya bank sebagai perantara investasi reksadananya.
Perhatikan debitor reksadana
Memang informasi kemana uang reksadana akan diinvestasikan harus perlu ditelusuri. Perusahaan mana yang akan menjadi debitornya harus dipelajari. Ini berhubungan dengan prospek investasi nantinya. Misal bila dana reksadana disalurkan ke perusahaan retail, maka perhatikan petumbuhan sector retail ini.
Semua ini sebagai pembelajaran agar investasi anda di reksadana tidak sia-sia. Jangan sampai anda miskin di usia tua. Sesuatu yang akan sangat menyedihkan.