Banyak yang bilang bahwa investasi di deposito adalah cara yang paling aman dalam memutar uang. Namun juga tidak terlalu menguntungkan, bila dibandingkan dengan investasi di reksadana. Rasio keuntungan yang diperoleh lebih menjanjikan di investasi reksadana.
Bila dihitung-hitung bunga deposito memang mentok mengikuti interest rate yang ditentukan oleh BI, tidak pernah melebihi dari itu. Lebih seringnya lagi, bunga deposito ini kalah tinggi dengan laju inflasi, akibatnya jelas tidak bisa mendapatkan apapun secara nilai dari sebuah investasi. Apalagi bunga deposito juga kena pajak, maka bisa-bisa investasi yang ditanam di deposito malah semakin minus.
Memang pada beberapa tahun terakhir laju inflasi bikin ketir-ketir, angkanya mendekati prosentase interest rate yang dipatok BI. Jadi bila disodori invetasi dengan bunga 5-10 persen, jelas akan kalah dengan laju inflasi. Belum lagi bila berurusan dengan pajak, maka keuntungan investasi bisa semakin kecil, bahkan rugi itung-itungannya.
Padahal bila mau sedikit beresiko bisa menenggok ke reksadana, memang resikonya sangat bergantung pada kondisi pasar keuangan, ekonomi global, dan agresifitas investor. Namun selama dalam manajemen fortofolio yang ekstra hati-hati, kerugian bisa ditekan. Memang bila ingin main aman di reksadana, bisa pilih yang jangka panjang investasinya.
Disitu ada pilihan untuk dimasukan di bond atau surat utang yang memiliki bunga yang lebih tinggi dari bunga deposito. Namun dengan term investasi jangka panjang, tidak bisa diputus berhenti di tengah jalan. Jadi butuh penantian yang panjang bila main aman di reksadana.
Sebenarnya yang namanya resiko akan selalu ada dalam berinvestasi, hanya perlu kejelian dalam melihat peluang dan menganalisa data yang berkembang. Selama ini pengalaman reksadana selama jangka menengah dan panjang memiliki keuntungan yang menjanjikan. Jauh lebih baik daripada investasi di deposito, dengan resiko yang hampir sama.
Memang untuk deposito akan lain dari reksadaa dalam melihat resiko dalam menyimpan uang. Namun tidak semua jumlah deposito ditanggung oleh Negara, bila lembaga keuangannya tutup atau bangkrut. LPS hanya mengkover beberapa milyar rupiah saja, bila depositonya sangat besar, tetap saja beresiko untuk rugi karena tidak dikover seluruhnya oleh jaminan LPS.
Jadi disini hitung-hitungannya memang bisa perkasus, dan bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan. Bisa saja tidak semua uang yang dimiliki ditaruh di deposito, coba saja sisihkan sekitar 50 persen di reksadana. Bisa jadi model begini akan tahu berapa besar keuntungan yang diperoleh di reksadana sama di deposito.
Memang jangan taruh telur dalam satu tempat, hendaknya investasikan uang dengan resiko yang beragam. Sehingga saat terjadi resesi ekonomi, tidak membuat bangkrut investasinya. Memang reksadana juga pernah rugi saat resesi dan krisis keuangan, namun segera rebound cukup tinggi saat ekonomi mulai membaik, bahkan bisa menutup kerugian yang terjadi sebelumnya.