Raksasa Ekonomi yang Sibuk Sendiri

07 January 2014

Baru-baru ini ekonom di Goldman Sachs memprediksi kehadiran MINT, yaitu empat raksasa ekonomi baru yang akan menyusul BRIC. Seperti sudah diketahui BRIC ini adalah Brasil, Rusia, India dan China yang sudah menjadi 10 besar ekonomi dunia. Maka MINT adalah Meksiko, INDONESIA, Nigeria dan Turki.

Diperkirakan pertumbuhan ekonomi MINT akan menyusul menjadi raksasa ekonomi yang baru. Pertimbangannya memang adanya data dari World Bank dan IMF yang memang melihat pertumbuhan ekonomi yang pesat di keempat Negara ini. Memang prediksi ini berdasar fakta dan pasti menjadi kenyataan, kecuali ada peristiwa yang luar biasa terjadi.

Bila dilihat lebih jauh memang Indonesia sudah masuk G20, namun ekonominya masih merambat di urutan belasan. Sebenarnya dari data yang dipaparkan ekonom Goldman Sachs ini bukannya barang baru. Banyak prediksi yang dibikin oleh World Bank, IMF dalam melihat perubahan yang pasti terjadi kedepannya.

Hanya apa yang terjadi di Indonesia hanya menjadi impian saja, prediksi tersebut bukannya menjadi pemacu untuk melakukan perubahan. Namun lebih sibuk dengan dirinya sendiri. Beberapa analis juga mengkonfirmasi masalah leadership dan infrastruktur adalah hal yang menghambat perubahan besar di ekonomi Indonesia.

Padahal pertumbuhan MINT ini bisa seperti yang dialami China di dua digit, namun yang terjadi pada Indonesia hanya berkutat di angka 6-7 persen per tahunnya. Boleh dibilang terlalu lambat untuk berubah dan berkembang. Banyak hambatan yang begitu sulit dipecahkan dengan tepat, akibatnya menjadi mata rantai masalah yang tak kunjung usai.

Investasipun boleh dibilang sangat lamban pertumbuhannya, padahal sudah berbagai kebijakan diambil. Namun tidak memberi pengaruh yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Justru pada beberapa kasus menjadi blunder bagi fundamental perekonomian.

Lebih sering lagi kebijakan yang diambil hanyalah jangka pendek, lebih memadamkan api dibandingkan bara yang masih menyala. Paket kebijakan ekonomi lebih dibikin menekan fundamental rupiah dan menghabisi iklim investasi yang sedang berkembang. Memang dalam banyak hal demokrasi bukan menjadi solusi bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabil.

Justru dalam beberapa kasus membuat beban bagi fundamental rupiah. Banyak analis melihat korupsi yang terjadi menjadi hambatan serius bagi fundamental perekonomian. Meskipun ini bisa jadi akibat kelemahan di masa lalu, dan bukan menjadi masa depan yang lemah.

Memang ironi bila orang lain bisa begitu antusias dengan tantangan perubahan yang akan terjadi. Namun di dalam negeri lebih santai dan cuek-cuek saja dengan prospek yang akan terjadi. Padahal tantangan yang ada ini bisa menjadi modal untuk melakukan perubahan besar di segala sektor.

Mungkin butuh orang besar seperti Sri Mulyani yang bisa merubah dan mereformasi sektor keuangan di masanya. Bisa jadi ini hanya impian semata, tidak ada orang yang begitu optimis dan melakukan perubahan dengan semangat yang tinggi seperti yang beliau lakukan. Mungkin hanya waktu yang akan bicara kedepannya, betapa raksasa ekonomi ini lebih sibuk dengan dirinya sendiri.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->