Boleh dibilang usaha yang dijalankan Dekti mulanya kecil-kecilan, namun seiring berjalannya waktu omsetnya semakin besar, bahkan keuntungannya jauh melebihi dari gaji bulanannya. Dekti sebenarnya berprofesi office boy di bandara internasional di tanah air, namun terdorong menyediakan rupiah bagi TKI yang baru datang dari luar negeri. Dollar yang diperoleh dari TKI ini selanjutnya ditukarkan ke penumpang langganannya yang biasa ke luar negeri.
Memang awalnya hanya membantu para TKI yang kesulitan saat membutuhkan rupiah saat datang dari luar negeri. Itupun tidak bisa terlalu banyak karena Dekti hanya mengandalkan penghasilan dari gaji bulanan yang tidak terlalu banyak. Namun karena keuntungannya lumayan, maka mulai merubah peruntungan Dekti.
Tidak jarang saat rupiah bergejolak Dekti bisa meraup keuntungan seharinya sama dengan gaji bulanannya. Memang usahanya semakin bikin kantongnya gendut, namun dari itu Dekti tetap bekerja sebagai office boy, karena ini adalah cara untuk mendapatkan akses ke penjual dollar maupun yang membutuhkan dollar. Bisa jadi kerja sampingannya ini malah menjadi usaha kelas kakap yang lebih menguntungkan.
Pada saat rupiah yang sedang bergejolak memang membuat banyak usaha gulung tikar. Harga bahan-bahan yang tidak pasti membuat sulit menentukan harga, akibatnya membuat harga jual semakin tidak tentu. Kondisi ini memang merugikan para pelaku usaha ini, karena ongkos yang semakin membumbung tinggi dan keuntungan yang semakin menipis, bahkan kerugian di depan mata.
Namun bergejolaknya rupiah ini membuat nasib Dekti menjadi lain, usahanya memang seperti money changer. Hanya lebih fleksibel, lebih memberi harga yang lebih baik dibandingkan yang dilakukan oleh money changer. Hal inilah yang membuat usahanya berjalan lancer, tidak jarang para langganannya ini membeli dollarnya saat tidak membutuhkan.
Biasanya saat dollar sedang turun adalah saat yang tepat untuk mengoleksi dollar. Saat itu para pelanggannya ini menghubungi Dekti. Memang dengan mengoleksi dollar memiliki keuntungan lebih tinggi di saat rupiah begejolak, dan ini nampaknya tidak akan stabil dalam jangka pendek. Gejolak ini akan terus terjadi selama rupiah memang tidak bisa lepas dari tekanan.
Kecilnya pasar rupiah memang membuat mudah untuk bergejolak, padahal defisit neraca perdagangan sudah membaik. Namun kebutuhan akan dollar memang selalu lebih tinggi, para investor lebih memegang dollar bila dibandingkan memegang rupiah. Mata uang ini seakan tidak memiliki nilai ekonomis. Ini bisa dimaklumi karena iklim investasi memang tidak kondusif, tidak ada untungnya memegang rupiah, meski BI rate sudah cukup tinggi.
Hal ini sudah dilihat secara riil oleh para pelaku usaha, akibatnya rupiah akan selalu berada dalam tekanan. Selama iklim investasi, birokrasi tidak diperbaiki akan selamanya rupiah dalam tekanan, dan ini nampaknya permanent. Sedang yang dilakukan otoritas moneter hanya bisa memperbesar pasar rupiah dengan masuk membeli rupiah. Sudah berapa banyak dana Negara yang dibuang sia-sia hanya untuk meredakan tekanan pada rupiah, tanpa pernah memperbaiki akar persoalan yang sebenarnya.