Mungkinkah Asumsi Kurs Rupiah di Anggaran tidak Realistis?

17 August 2015

Dalam perjalanan sebuah anggaran, apapun yang sudah ditetapkan biasanya selalu mengalami perubahan. Asumsi yang merupakan harapan dari penetapan anggaran bisa saja terlalu ambisius atau terlalu sulit dicapai. Bukankah sebuah target atau asumsi yang lebih baik bisa dibenarkan?

Tentu saja kembali ke sasaran dari besarnya sebuah anggaran yang bisa mempengaruhi indikator ekonomi nantinya. Kurs rupiah terhadap dollar akan selalu naik turun, karena kita memang menganut floating currency. Lain dengan cina yang begitu ketat mematok kurs mata uangnya.

Memang floating currency ini dipilih sebagai jalan karena memang kita tidak memiliki cadangan devisa yang besar. Tidak seperti cina yang memiliki banyak resource untuk mematok nilai tukar mata uangnya. Namun ini tidak berarti floating currency adalah jelek, selama Negara bisa menghandel tata kelola keuangan atau fiskal dengan baik, maka floating currency tidak bermasalah.

Namun dalam anggaran kali ini asumsi kurs memang terlihat terlalu sulit untuk dicapai. Dari kondisi fiskal yang kurang baik, asumsi kurs yang dipatok terlihat “too good to be true” atau terlihat tidak realistis. Lha gimana bisa menguatkan rupiah bila langkah yang dilakukan pada anggaran justru menekan rupiah.

Dengan anggaran yang defisitnya semakin besar, utangnya semakin besar, kemungkinan inflasi yang masih tinggi, maka sangat sulit mengharapkan rupiah menguat. Apalagi dengan faktor eksternal yang masih kuat, bisa saja kurs rupiah malah melemah, bahkan bisa jauh dari asumsi yang dibuat. Bila asumsi kurs terlalu jauh dari kenyataan, maka anggaran yang direncanakan bisa tidak realistis dan kemungkinannya akan berubah total.

Ini yang membuat publik maupun pelaku bisnis ragu untuk berinvestasi. Asumsi yang dibuat kisarannya hanya sebatas “janji”, dengan kemungkinan kecil untuk tercapai. Mungkin bolehlah kita berharap yang terbaik, tapi harus realistis.

Rupiah memang menjadi sorotan, karena memang mengalami penurunan yang terparah dan menyentuh level terburuk sejak krismon. Dari kondisi ini apa yang ditunggu publik dan pelaku bisnis adalah langkah pemerintah dalam mengelola mata uangnya. Nampaknya langkah yang ditunggu tidak sesuai dengan yang diharapkan.
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->