Kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik bukan berarti menghentikan segala bentuk investasi. Masih ada peluang pada portofolio investasi jangka panjang, dengan jangka menengah yang masih tanda Tanya. Untuk jangka pendek bisa dipastikan akan tetap suram.
Memang gejolak perekonomian masih belum berakhir, rentetan krisis di beberapa Negara memberi pengaruh signifikan ke ekonomi rupiah. Apalagi perekonomian kita amat bergantung dengan beberapa Negara yang krisis. Ambil contoh cina yang sedang bergejolak adalah mitra dagang utama, masuk lima besar tujuan ekspor dan impor.
Apapun yang terjadi di cina akan mempengaruhi kondisi investasi. Memang selama beberapa bulan rupiah bergejolak akibat pengaruh krisis di cina ini. Dengan kondisi ini membuat resiko investasi menjadi meningkat, kurs rupiah yang tidak menentu membuat hitung-hitungan investasi jadi tidak pasti.
Meskipun tetap saja ada peluang investasi di sektor-sektor yang masih menyisahkan perputaran uang. Sektor-sektor yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur, terutama sektor kontruksi masih akan berpeluang. Beberapa saham di sektor kontruksi akan memberi pertumbuhan untuk jangka menengah dan jangka panjang.
Namun ini tidak untuk sektor energi, yang akan mengalami masa-masa suram. Ada perubahan besar dalam kebijakan energi untuk jangka menengah dan jangka panjang. Perubahan kearah energi terbaharuhkan ini, membuat saham-saham perusahaan energi yang sustainable masih memberi peluang.
Perusahaan energi yang bergerak di gas dan distribusinya masih juga memberi peluang dengan pergerakan menuju peak pada jangka menengah. Namun perhatikan investasi di sektor ini juga masih belum stabil. Program proyek listrik 35 ribu MW masih menyisahkan polemik kelanjutannya.
Meskipun dipastikan butuh, tapi masalah dana akan mempengaruhi program ini ke depannya. Dipertaruhkan akan melambat dengan kondisi peekonomian yang belum membaik. Pemerintah tentunya tidak akan fokus dengan proyeknya selama kondisi fiskal masih bergejolak.
Perusahaan energi memang masih dalam tekanan, dari banyaknya rugi pada laporan semester kemarin membuat prospek jangka menengah masih dipertaruhkan. Penurunan permintaan dan tingginya suplai serta kondisi politis yang membayangi, membuat saham energi ini sangat tinggi gejolaknya, sama seperti rupiah.