Rupiah boleh menguat, namun dampak pelemahan rupiah masih menyisahkan persoalan panjang. Diduga masih banyak pabrik atau perusahaan yang akan gulung tikar, penyebabnya bukan saja karena gejolak rupiah tapi lebih mendasar pada kondisi usaha yang sudah kembang kempis. Sebagian yang masih bertahan, masih bisa melakukan pengurangan produksi sekaligus jam kerja.
Bila kondisinya tidak berubah bisa berlanjut menjadi PHK masal. Memang kondisi perekonomian bukan sekedar nilai tukar rupiah. Jauh di awal tahun kondisinya sudah cukup lesu. Padahal waktu itu rupiah masih di angka 12 ribuan, dengan kondisi pelemahan rupiah yang semakin dalam, penguatan beberapa hari ini masih belum seberapa.
Posisi perusahaan seperti unit usaha tekstil mengalami tekanan yang sangat besar dengan mahalnya bahan baku impor. Ini belum tekanan lainnya dari maraknya impor tekstil illegal dan baju bekas. Ini membuat industri tekstil yang padat karya ini siap-siap melakukan PHK masal.
Pemerintah dalam hal ini sudah bagus, lewat badan investasi memcoba menjembatani persoalan di perusahaan tekstil tersebut. Hanya memang kasusnya sudah cukup berat, bukan lagi persoalan makro. Beban perusahaan tekstil ini sudah cukup berat, bila pemerintah mau membantu ini bisa berarti menambah BUMN baru di industri tekstil.
Sungguh ironi di saat industri tekstil ini pernah mengalami kejayaan dengan ekspornya yang merajai pasar amerika. Namun pada akhirnya dipencundangi oleh produk tekstil cina yang merajalela di pasar-pasar tradisional maupun modern. Hampir tidak ada tempat tanpa produk tekstil cina, diduga masuknya lebih besar illegal lewat pelabuhan-pelabuhan yang tidak resmi.
Memang inilah kelemahan kita memiliki banyak pintu masuk yang tidak resmi. Apalagi didukung mental pengusaha kita yang asal kaya dengan berbagai cara. Tidak mengedepankan industri nasional yang menghidupi banyak tenaga kerja.
Jadi situasinya sudah sangat komplek, industri tekstil kita ini banyak yang memang sudah terlalu berat untuk hidup. Beberapa pengusaha tekstil ini sangat tekun dan bermental baja, demi menyelamatkan ribuan tenaga kerjanya masih bertahan dari banyak tekanan yang sebagian besar adalah faktor eksternal.
Bila pemerintah membantu usaha tekstil sekarang, boleh dibilang sudah sangat terlambat. Lebih baik fokus dengan faktor eksternal yang menjadi musuh industri tekstil nasional, seperti impor baju illegal, baju bekas impor baik yang legal maupun illegal serta mahalnya bahan baku akibat melemahnya rupiah. Disini pemerintah harus bisa mengerahkan seluruh resource-nya untuk memberantas musuh industri tekstil yang padat karya ini.