Rupiah Tertekan oleh Arah Ekonomi yang Konsumtif

05 July 2015

Selama ini ekonomi tumbuh dari pola konsumtif yang memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Saat harga komoditas anjlok, amat terasa daya beli masyarakat anjlok dan ekonomi menjadi lesu. Rupiah semakin tertekan pula dengan kebijakan yang dirasakan lebih proteksionisme daripada memperbaiki fundamental rupiah.

Semua ini semakin terasa dengan paniknya para pemangku kebijakan setelah sekian lama rupiah nyaman di level 13 ribuan. Ini berarti rupiah akan bisa tembus dengan mudahnya ke level berikutnya. Lalu beragam kebijakan dikeluarkan, yang justru malah lebih bikin ekonomi tak tentu arah.

Ada memang aroma kepanikan saat rupiah ngendon lama di level 13 ribuan. Ini membuat belanja modal semakin mahal, bayar hutang juga semakin mahal. tidak heran banyak anggaran yang mandeg dan tak terserap, lha gimana nggak pusing bila acuan anggaran belanja sebelumnya 12 ribuan menjadi 13 ribuan.

Nampaknya jadi lebih sibuk revisi anggaran daripada memecahkan masalah fundamental rupiah yang rapuh. Kalau pola ini terus dilakukan, tetap saja kedodoran di setiap anggaran yang dibuat. Selalu dan selalu revisi, karena rupiah akan selalu kedodoran.

Pola ekonomi yang masih mengandalkan sumber daya alam ini, sudah memukul banyak Negara dengan resiko gagal bayar utang-utang mereka. Memang banyak Negara yang mengandalkan sumber daya alamnya, saat harga komoditas anjlok maka nggak bisa bayar hutangnya.

Kita mungkin masih jauh dari gagal bayar, tapi resiko kearah sana cukup besar. Hal ini karena jumlah utang terus bertambah dan tentu saja beban bayar utang dan bunganya terus bertambah. Kondisi ini nampaknya bikin panik para pemangku kebijakan, sehingga tak tahu apa yang harus dilakukan.

Pondasi rupiah memang rapuh, pola konsumtif hanya menjadi arah menuju kebangkrutan. Bisa diprediksi rupiah bakalan tertekan terus menerus sampai akhir tahun, dan tahun-tahun berikutnya. Harus ada perbaikan radikal di tata kelola keuangan Negara. Hutang harus dikurangi dan anggaran harus surplus setiap tahunnya agar tidak terbebani hutang.

Harus dilakukan penghematan di saat posisi masih stabil, karena akan susah dilakukan di saat krisis. Lihat saja Yunani yang begitu sulit menerima bantuan yang mensyaratkan sebuah penghematan anggaran. Pola konsumtifnya sudah melekat dan sulit untuk diperbaiki lagi.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->